Senin, September 07, 2009

Syafii Maarif, Dari Pejuang "Negara Islam" menjadi "pejuang pluralisme

ImageBerita Dunia-.Dalam beberapa waktu terakhir isu perang melawan terorisme dan teror bom renyah terdengar di telinga kita. Umat Islamlah yang selalu di curigai bahkan di buru pihak keamanan. Berbagai opini yang di bangun dengan menyerang simbol-simbol Islam gencar di lakukan, ciri-ciri bersorban, berjenggot, dan berjubah menjadi sorotan. Korban sudah banyak berjatuhan, mulai dari salah tangkap, anarkisme masa yang paranoid akibat dari isu yang di bangun pihak keamanan.

Dalam sebuah diskusi “Tadarus Kebangsaan Ramadhan 1430H” dengan tema “Pluralisme, anak kampoeng dan terorisme” pada jumat, (4/9) di aula PP Muhamadiyah Jakarta. Diskusi tersebut juga menghadirkan pembicara antara lain, Azyumardi azra (Dir. Pascasarjana UIN Jakarta), Nasir Abbas (Mantan Aggota JI), Franz Magnis Suseno (Guru BesarFilsafat STF Driyakara), A.M Hendropriyono (Mantan Kepala BIN), Suryadarma Salim (Mantan Kadensus Anti Teror 88), dan Abdul Mu’ti (PP. Muhamadiyah). 

Hadir pula tokoh muhamadiyah Syafii Maarif, menurutnya penanggulangan terhadap terorisme tidak boleh bersifat protektif yaitu melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat ibadah ataupun pembatasan dalam dakwah, sikap tersebut sangat menyakiti perasaan martabat umat beragama.

Diskusi yang di gelar dalam rangka mengangkat buku autobiografi Syafii Maarif “Titik Kisar di Perjalananku” menjadi sebuah film layar lebar berjudul “Ahmad Syafii Maarif Si Anak Kampoeng” dengan sutradara muda Damien Dematra bercerita tentang Syafii Maarif sebagai “pejuang negara Islam” menjadi “Penjuang Pluralisme”.

Sekjen FUI KH. Muhammad Al Khatahthath yang pada kesempatan itu hadir, menanggapi film yang akan di buat oleh Maarif Institute tersebut. Dengan sebuah pertanyaan sedikit berkelekar namun tegas. “Dalam Film itu Syafii Maarif dari seorang yang mendambakan “negara Islam” menjadi “pejuang pluralisme”  yang artinya tidak senang lagi dengan negara Islam, ini harus di jelaskan dimana rasionalisasinya, pertanyaanya kenapa dia bisa berubah? Apakah ada seoarang wanita seperti luna maya yang merubah cara berfikirnya sehingga akhirnya memilih menjadi pejuang pluralisme”.

Kecurigaan Sekjen FUI tersebut sangat beralasan sebab di sinyalir Film tersebut di buat untuk menyebarkan nilai-nilai Pluralisme yang bertentangan dengan Islam. (mj/www.suara-islam.com)

Tidak ada komentar: