Akankah Mitos Maradona Pupus?
Berita Dunia,Buenos Aires, - Diego Maradona menentukan perjalanan reputasinya ketika Argentina berhadapan dengan Paraguay di Asuncion, Rabu, pada babak penyisihan Piala Dunia, yang berisiko tinggi mendekatkan tim itu pada kegagalan.

Maradona sudah melatih dan menangani 62 pemain sejak ia menjadi pelatih nasional 10 bulan lalu, tetapi kini ia sudah mengalami tiga kekalahan dari lima pertandingan penyisihan dan Argentina berada dalam ketidakpastian apakah dapat lolos ke babak final di Afrika Selatan tahun depan, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kekalahan Argentina 1-3 di kandang sendiri atas Brazil, Sabtu, menimbulkan kekhawatiran besar, apakah mereka dapat bertahan di urutan keempat agar dapat lolos sedangkan penyisihan tinggal tiga kali lagi.

Kekalahan Rabu bisa membuat Argentina dalam posisi berbahaya dan dapat gagal untuk pertama kalinya ke final dalam empat dekade ini.

"Mitos Maradona sekarang dalam bahaya. Simbol Maradona sebagai pelatih saat ini amat dikhawatirkan keberadaannya," kata Pablo Alabarces, profesor di Universitas Buenos Aires, yang menulis sepak bola dan kebudayaan moderen.

"Bila ia dapat membutkikan sebagai pelatih besar dan..dengan adanya harapan mendapatkan gelar Piala Dunia, status mitosnya akan dapat dipertahankan," katanya.

Maradona, yang bangkit dari daerah kumuh menjadi putera bangsa yang terkenal dan membawa kemenangan pada Piala Dunia 1986, dipilih sebagai pelatih nasional pada tahun lalu.

Pilihan itu merupakan hal paling menarik bagi Maradona, yang sudah berjuang mengatasi kecanduan obat terlarang, alkohol serta masalah kegemukan, setelah ia tidak lagi tampil di lapangan.

Orang selalu mengenang kepiawaian dan briliannya ia di lapangan saat sebagai pemain, dan melupakan minim pengalamannya sebagai pelatih karena pada 1990-an ia hanya sesaat menangani klub Deportivo Mandiyu dan Racing Club.

Sekarang pada pendukungnya dalam keadaan was-was.

"Ia melakukan tugasnya amat buruk," kata Carlos Terry (67), yang mengunjungi Stadion Boca Juniors sementara putera dan cucunya berpose bergambar di sebelah patung pemain sepak bola itu.

"Ia hanya pernah melatih Racing dan tim kecil. Jadi apa pengalaman yang dimilikinya? Semua pecinta dan fanatisme bola yang tertuju kepadanya akan sirna pada jenjangnya sebagai pelatih," katanya.

Dalam persiapan di ibukota Paraguayan, Maradona melakukan beberapa pergantian pemain dan ia berusaha menjauh dari perhatian media massa.

Namun, apapun yang terjadi pada pertandingan Rabu malam (Kamis dinihari WIB), namanya akan tetap hidup sebagai salah satu pemain terbesar sepanjang masa.

Di antara pekerja di Boca, kenangan terhadap Maradona dengan kostum nomor 10 tetap hidup dan dipampangkan di tembok di antara warna biru langit dan putih sebagai warna bendera nasional negara itu.

"Walau pun ia kalah 20-0, kesan masyarakat terhadapnya tidak akan hilang," kata Jorge Godoy (55) yang memuat semua cindera mata tentang Maradona di dalam lemari tokonya.

"Apa yang sudah dilakukannya di masa lalu tidak dapat dilupakan begitu saja," katanya.

Akankah mitos Maradona pupus dari republik sepakbola? Bagaikan menunggu Godot, publik menanti dengan selaksa tanda tanya.(www.antaranews.com)