Israel Akan Setujui Pembangunan 500 Rumah Baru
Berita Dunia,Jerusalem, - Israel akan menyetujui dalam beberapa hari yang akan datang pembangunan sekitar 500 rumah buat pemukim baru di Tepi Barat, yang diduduki, sebelum kemungkinan pembekuan permukiman yang diminta oleh Washington, kata seorang pejabat Kementarian Pertahanan, Minggu.

"Persetujuan akan diberikan dalam beberapa hari yang akan datang bagi 450 hingga 500 unit rumah dan Amerika tahu itu," kata pejabat tersebut, yang menolak untuk disebutkan namanya. Kementerian Pertahanan mengawasi persetujuan pembangunan di permukiman di Tepi Barat, seperti dikutip dari Reuters.

Seorang pembantu PM Benyamin Netanyahu mengungkapkan pekan ini keinginan pemimpin Israel itu untuk mengizinkan proyek baru tersebut sebelum mempertimbangkan penangguhan izin pembangunan baru.

Menteri Perhubungan Yisrael Katz berpegang teguh pada rencana itu dua hari setelah pengungkapannya.

"Perdana Menteri akan memutuskan dalam beberapa hari yang akan datang mengenai pembangunan ratusan unit rumah tambahan dalam upaya untuk memecahkan masalah yang ada di berbagai permukiman," jelas Katz kepada Radio Israel.

Sekitar 2.500 unit rumah sekarang ini telah dibangun di permukiman Tepi Barat dan para pejabat Israel mengatakan pembangunan itu akan diteruskan.

Masalah permukiman merupakan rintangan besar yang memacetkan proses perdamaian Israel-Palestina dan telah membuka perselisihan paling serius dalam hubungan dengan AS dalam satu dasawarsa.

Netanyahu, yang mengadakan lagi pembicaraan mengenai masalah permukiman dengan utusan AS George Mitchell, menentang pembekuan sepenuhnya yang ditetapkan oleh "peta jalan" perdamaian 2003 yang didukung-AS yang juga minta Palestina untuk mengekang gerilyawan.

Harian Ha`aretz melaporkan dalam situs Internetnya bahwa Netanyahu telah memberitahu para menteri dalam partai Likud-nya sendiri bahwa ia akan merampungkan perjanjian mengenai permukiman dengan Washington dalam kunjungan Mitchell.

Presiden AS Barack Obama telah memberikan tekanan pada Netanyahu untuk menghentikan pembangunan di Permukiman. Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menegaskan pembicaraan perdamaian -- yang telah ditangguhkan sejak Desember -- tidak dapat dimulai lagi tanpa pembekuan permukiman.



Pembicaraan yang direncanakan

Gedung Putih menyuarakan penyesalan Jumat atas rencana pembangunan baru tersebut dan mengatakan tindakan Israel itu membuat lebih sulit untuk menciptakan iklim bagi pembicaraan.

Namun seorang pejabat AS di Washington menyatakan pemerintah Presiden Barack Obama percaya masih mungkin untuk mencapai perjanjian guna memulai lagi pembicaraan perdamaian menyeluruh.

Perjanjian permukiman dapat menghasilkan pembicaraan di Sidang Majelis Umum PBB bulan ini yang melibatkan Obama, Netanyahu dan Abbas.

Dalam langkah yang tampaknya akan menjadi pelunakan sikapnya, Abbas mengatakan, Sabtu, ia terbuka untuk pertemuan dengan Netanyahu jika mereka membicarakan "visi yang jelas mengenai permukiman".

Netanyahu tidak membicarakan masalah permukiman itu dalam pidatonya yang disiarkan pada pertemuan kabinet Israel Minggu.

Namun Menteri Prasarana Nasional Uzi Landau, yang menggunakan istilah Israel untuk Tepi Barat, mengatakan pada wartawan, "Saya tidak melihat suatu alasan untuk menghentikan pembangunan ... di Judea dan Samaria (Tepi Barat_".

Sebanyak 300.000 warga Israel tinggal di Tepi Barat dan 200.000 orang lagi di Jerusalem Timur, milik Arab, yang direbutnya dalam perang 1967. Sekitar 2,5 juta warga Palestina bertempat tinggal di Tepi Barat dan ingin mendirikan negara di wilayah itu dan Jalur Gaza.

Beberapa pengamat politik mengatakan keinginan Netanyahu untuk menyetujui izin pembangunan baru sebelum menangguhkan dimulainya pembangunan itu dirancang untuk menghindari krisis dalam pemerintahnya yang condong ke kanan karena permukiman, sementara mengurangi friksi dengan Obama.

Sebagai bagian dari pembekuan pembangunan itu, Netanyahu dan Obama telah mengupayakan langkah awal oleh negara Arab untuk memulihkan hubungan dengan Israel, tapi Washington menemui perlawanan di kawasan itu menyangkut siapa yang akan melakukan langkah pertama.(www.antaranews.com)