Kamis, September 10, 2009

Rakyat Inggris Tentang Perang Afganistan

Berita Dunia,London - Sebagian besar dari rakyat Inggris percaya bahwa tentara seharusnya tidak pernah dikirim ke Afganistan, kata jajak pendapat baru pada Kamis.

Meskipun menentang gerakan itu, sebagian besar menyatakan akan mendukung bila anak mereka memutuskan masuk tentara.

Dalam jajak pendapat atas 2.000 orang untuk Museum Tentara Inggris, 53 persen tidak setuju dengan penempatan di Afganistan, sementara hanya 25 persen berpikir bahwa itu gagasan baik.

Inggris memunyai sekitar 9.000 tentara di Afganistan sebagai bagian dari gabungan antarbangsa, kebanyakan dari mereka ditempatkan di Helmand, propinsi bergolak di selatan.

Jajak pendapat lewat telepon itu dilakukan ICM Research pada 21-23 Agustus, pada ahir musim panas berdarah, saat 44 tentara Inggris tewas di Afganistan antara Juni hingga Agustus.

Sejumlah 213 tentara Inggris tewas di sana sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Satu tentara tewas pada Rabu, dalam serangan untuk membebaskan wartawan New York Times (NYT), Stephen Farrell, yang diculik pada ahir pekan itu.

Wanita jurubicara Kementerian Luar Negeri menambahkan, "Usaha dilakukan untuk membebaskan dua sandera di Afganistan. Kami bisa memastikan bahwa pasukan ISAF sudah membebaskan seorang di antara sandera itu." ISAF adalah pasukan bantuan keamanan asing pimpinan NATO.

Kelompok bersenjata menyergap Farrell, yang berkebangsaan ganda Inggris-Irlandia, dan jurubahasanya Sultan Munadi, pada Sabtu saat mereka meliput akibat serangan udara NATO atas truk tangki bahan bakar, yang menewaskan sejumlah orang.

Wartawan itu tak cedera, tapi Munadi (34 tahun), bapak dua anak bekerja di Afganistan saat istirahat kuliah di universitas Jerman, tewas dalam bekutembak sengit, kata "New York Times".

Farrell dan Munadi adalah rombongan kedua "New York Times" diculik di Afganistan dalam kurang dari setahun.

Penculikan mereka menyoroti peningkatan kerawanan di wilayah utara negara terkoyak perang itu, yang biasa damai.

Sementara itu, jajak pendapat tersebut bahkan menunjukkan lebih banyak petanggap, 60 persen, menyatakan tidak setuju dengan pengiriman tentara Inggris ke Irak.

Hanya 20 persen mengatakan setuju dengan penugasan itu, yang secara resmi berahir pada Juli tahun ini.

Tapi, saat ditanya bagaimana mereka menanggapi keinginan anak mereka bergabung dengan tentara, 64 persen mengatakan akan mendukung, dibandingkan dengan 32 persen yang menyatakan akan mencoba menghalanginya.

Dalam beberapa bulan belakangan, Perdana Menteri Gordon Brown berupaya menangkis kecaman tentang kecukupan perlengkapan tentara untuk tugas mereka.

Brown menyatakan 200 tentara khusus untuk menangani peledak rakitan (IED), yang merenggut sangat banyak nyawa, akan tiba pada musim gugur ini.

Tapi, peningkatan jumlah kematian itu juga menghidupkan kembali pertanyaan tentang tujuan tugas Inggris di negara tersebut.

Terdapat sekitar 100.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, di Afganistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(www.antaranews.com)

Tidak ada komentar: