Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kumpulan berita dunia dari berbagai sumber
Tadi malam, kusempatkan sedikit waktu untuk bermunajat di sepertiga malam terakhir. Tak panjang memang, hanya dua bilangan raka`at. Dalam do`a selepas sholat, ku adukan semua harapanku kepada Allah Swt. Ku pinta agar Ia memudahkan rizki bagi orang tua kami agar bisa sampai ke Kakbah-Nya. Minta dijaga keluarga kami agar senantiasa dijalannya.
Semua keinginan yang ada dalam hati kutuangkan dalam balutan do`a. Semakin dipinta semakin mesra,,, kata demi kata mengalir beriringan dengan tetesan bening yang jatuh dari kelopak mata. Sampai lidah ini menghaturkan pinta agar diberi kesabaran yang tiada batas, dan syukur yang tiada bertepi.
* * * *
Menjelang Shubuh aku dan suami sahur seadanya. Aku masih mengqodo puasa yang tertinggal, dan suami menunaikan shaum sunnah syawal. Faruq dari semalam memang belum juga tidur. Ini memang bukan hal baru bagiku, sejak kelahirannya setahun tiga bulan yang lalu, hal seperti ini memang sudah menjadi kebiasaannya. Semalaman bangun, baru tidur di pagi hari.
Selama Ramadhan sampai hari ini. Bisa dibilang Faruq tidak pernah tidur malam. Selalu tidurnya ba`da shubuh, atau paling lama pukul tujuh pagi.
* * * *
Mataku sudah perih menahankan kantuk. Tapi Faruq masih juga belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia juga mengantuk. Seperti kebiasaannya dari bayi, aku tidak boleh tidur kalau dia juga tidak tidur. Mungkin karena aku yang cerewet, jadi dia sudah terbiasa dengan suasana ramai. Sejak bayi, kalau dia bangun aku selalu mengajaknya bercerita, bercerita apa saja.
Hal ini juga yang mungkin membuat ia sadar bahwa aku sedang ada menemaninya atau tidak. Maka sejak usianya masih bilangan hari, ia akan menangis jika aku tertidur walaupun sambil memeluknya. “Jika tidak ada suara, berarti ummi tidur, tidak menemaniku”. Mungkin begitu yang ada dalam pikirannya.
Ia masih terus memintaku untuk menemaninya bermain. Tentu saja dengan caranya sendiri. Faruq memang belum bisa berbicara. Dua kata yang sudah sering keluar dari lidahnya adalah kata “udah’ dan “nggak”. Selain itu setiap meminta sesuatu, hanya ngoceh-ngoceh tidak jelas.
Rasa kantukku semakin tidak bisa ditolerir. Apalagi dalam kondisi puasa seperti ini, disamping punya sakit mag, aku juga masih dalam keadaan menyusui. Jadi jika kurang istirahat, otomatis keadaan tubuh langsung down.
Kulihat jam didinding sudah pukul delapan. Entah sudah berapa kali aku mengajaknya ke kasur sambil memberikan ASI agar ia mau tidur. Tapi lagi-lagi Faruq akan bangun, duduk dan sibuk menarik-narik badanku untuk menemaninya bermain.
Emosiku mulai tidak stabil. Dalam keadaan berpuasa seperti ini, Masih pagipun biasanya lambungku sudah terasa perih, sebelum punya bayi dulupun sudah seperti itu, apatah lagi kondisi sekarang dalam keadaan menyusui. Itu sebabnya aku sering memilih tidur ketika pagi hingga datang waktu Zuhur. Ditambah lagi kondisi alam Saudi, wanita tidak bisa banyak beraktifitas diluar rumah. Praktis seharian hanya menghabiskan waktu di dalam rumah.
Alam hatiku mulai berperang. Rasa kantuk dan rasa lelah karena belum tidur, membuat aku merasa kesal. Kutarik nafas dalam-dalam, beristigrfar sebanyak-banyaknya. Kalau sedang dalam keadaan marah seperti ini, aku sering merenung, bahwa bayi yang ada dihadapanku kelak akan menjadi seorang pahlawan, mujahid yang akan menegakkan kalimah Allah di muka bumi. Anak Sholeh yang do`a-do`anya selalu kurindukan dikubur nanti. Dan kalau sudah merenung seperti ini, Alhamdulillah rasa marah dihati segera mereda. Berganti dengan semangat untuk bersabar dalam mengasuhnya.
Dalam renungan, aku teringat dengan munajatku tadi malam. Do`a yang kupanjatkan dengan linangan air mata.
“Ya Allah, beri hamba kesabaran yang tiada batas, dan rasa syukur yang tiada bertepi”
Aku tersadar dan berpikir, mungkin ini adalah jawaban Allah atas do`aku tadi malam. Bagaimana mungkin seorang hamba bisa memperoleh kesabaran yang tiada batas, jika tidak dengan ujian. Dan bagaimana mungkin seorang hamba memperoleh rasa Syukur yang tak bertepi, jika tak memulai sendiri untuk menikmati ujian yang diberi.
Alhamdulillah Ya Allah, engkau telah mengijabah do`a hamba.
30 Tahun Album Physical Graffiti | for everyone |
Physical Graffiti merupakan album ganda yang mengekspresikan puncak karya Jimmy Page, Robert Plant, John Paul Jones, dan mendiang John "Bonzo" Bonham. Jimmy Page lah yang mempunyai gagasan yang sedemikian beraninya untuk album ganda ini mengingat jenis musik yang mereka tawarkan tidak pernah mengikuti trend yang ada di masyarakat saat itu.
Banyak yang mengatakan album ganda ini keragaman dan popularitasnya dapat disejajarkan dengan karya The Beatles beberapa tahun sebelumnya White Album.
Dua piringan hitam yang memuatkan 14 lagu dan 1 instrumental ini dikemas dalam album dengan gambar sampul yang cukup artistik seperti halnya lagu-lagu di dalamnya. Jimmy Page yang sedemikian bangganya dengan album tersebut pernah berujar bahwa siapapun yang mengaku menyukai musik rock pasti akan sangat menyukai album tersebut. Kumpulan lagu-lagunya membuktikan sedemikian tingginya kreatifitas Pagey dan kawan-kawannya, disamping Kashmir masih ada In My Time ofDying, Trampled Under Foot, Custard Pie, dan lain-lainnya.
Album ini direkam tidak hanya ditengah puncak popularitasnya namun juga pada puncak kreatifitas mereka dalam seni bermusik. Album sebelumnya di tahun 1973, Houses of the Holy, telah memperluas penggemar Led Zeppelin khususnya di Amerika Serikat sebagai pasar terbesar mereka, yang semula banyak menciptakan musik dari akar rock dan blues maka pada album ini mereka memasukan pengaruh James Brown's style- The Crunge dan gaya reggae D'Yer Mak'er. Bahkan kedua lagu tersebut pernah di rilis single di Amerika bersama dengan "Over theHills and Far Away dan Dancing Days.
Pada tahun ini pula Led Zeppelin menginjak tahap penting sepanjang karir sebagai band yaitu dengan di-film-kannya konser mereka di Madison Square Garden-New York pada bulan Juli 1973, yang diberi judul The Song Remains The Same. Meskipun banyak pengamat musik yang mengkritik permainan Jimmy Page yang sangat sembrono dengan seringnya jarinya terpeleset dalam menelusuri dawai gitarnya, tetap saja tidak ada yang menyangkal bahwa Led Zeppelin adalah salah satu band rock yang sangat berwibawa, baik bagi para penikmat musik maupun musisi generasi muda selanjutnya hingga sekarang ini. Pagey dan Bonzo dikenal sebagai pecandu minuman beralkohol berat yang mungkin sedikit banyak mempengaruhi kerapihan jemari Pagey saat menelusuri dawai gitar-nyapada konser tersebut.
Setelah menjalani rangkaian konser sepanjang tahun 1973 yang sedemikian padat dan melelahkan, tahun berikutnya mereka istirahat total dari berbagai tawaran konser. Kembali ke Inggris dan konsentrasi berkreasi yang nantinya akan menghasilkan album ganda yang sangat ambisius sepanjang karir mereka. Sesi rekaman dimulai pada awal tahun 1974 di Headley Grange, suatu bangunan kosong tua yang pernah mereka pakai saat rekaman album ke IV. Pagey sebagai produser dari album ini beranggapan bahwa tempat tersebut sangat layak tidak hanya dari segi akustiknya, khususnya bisa menghasilkan kwalitas suara drum sesuai yang diinginkan, juga suasananya membuat mereka dapat mengeksplorasi seluruh kemampuan mereka untuk menciptakan lagu-lagu yang beragam, hasilnya tidak hanya musik country macam Black Country Woman namun juga gaya funky disco Trampled Under Foot, psychedelic In the Light, dan rock yang menggemuruh nan gagah The Wanton Song, atau Sick Again. Diluar urusan musik, minat Pagey pada dunia mistik membuat dia merasa nyaman saja isitirahat dan bermalam sendirian di gedung besar tua yang nampak angker itu sementara anggauta lainnya lebih memilih bermalam dihotel.
Seperti halnya album-album era itu sebelum hadirnya compact disc, masih dalam bentuk piringan hitam berukuran garis tengah 30 cm, bagian sampul muka dan belakang Physical Graffiti ini dihiasi dengan foto bangunan suatu apartemen di kota New York dimana 16 huruf P-H-Y-S-I-C-A-L-G-R-A-F-F-I-T-I mengisi masing-masing jendela yang dibiarkan kosong berlubang. Bila sampul bagian dalam dibuka akan tampak pada tiap-tiap jendela tersebut foto-foto anggauta Led Zeppelin dalam beberapa pose, manajer mereka Peter Grant, bintang film masa lalu Elizabeth Taylor saat memerankan Cleopatra, Weismuller pemeran tarzan tahun 50an, dan beberapa lukisan. Kemasan artistik yang cukup rumit inilah yang membuat distribusi album ini menjadi terlambat meskipun pesanan dimuka sebelum album ini dirilis sudah mencapai double platinum.
Tepatnya tanggal 24 Februari 1975 Physical Graffiti di rilis, selama 27 minggu masuk dalam album yang paling diminati di Inggris dan 41 minggu di Amerika Serikat, dan selanjutnya mencapai puncak di dua negara itu. Disamping itu, ini adalah album pertama Led Zeppelin yang menggunakan label mereka sendiri, Swan Song, yang dibentuk pada tahun 1974. Sampai dengan saat ini, Physical Graffiti sudah terjual lebih dari 15 juta kopi, dan menurut para jurnalis musik album ini merupakan salah satu dari 100 album rock and roll yang paling digemari sepanjang masa.
Jimmy Page lah tokoh utama yang tidak pernah mau mengulang kesuksesan dalam menciptakan lagu; terbukti dalam album Led Zeppelin III tidak ada yang mirip dengan Whole Lotta love â Led Zeppelin II, dalam album Houses of the Holy â album ke V tidak ada yang mirip dengan Stairway to Heaven â di album ke IV atau lebih dikenal dengan Four Symbol album. Komposisi yang sangat unik dalam Kashmir merupakan puncak kreasi mereka yang terus berubah sesuai dengan perjalanan waktu, tidak pernah terpaku untuk meniru komposisi lagu yang pernah mereka ciptakan
sebelumnya yang sukses di pasar. Mereka beranggapan, suatu komposisi yang demikian menariknya saat pertama kali di dengar akan menjadi sangat hambar bila terjadi pengulangan di komposisi berikutnya meskipun hanya diambil beberapa guitar riff.
"Kecelakaan" teknis dalam proses rekaman album ini pernah terjadi saat proses overdub The Rover, nomor kedua pada disc 1. Semula lagu ini sudah direkam dengan iringan riff gitar akustik pada saat sesi rekaman album Houses of the Holy namun pada saat akan dilanjutkan proses rekamannya sebagai salah satu nomor album Physical Graffiti dengan menambahkan petikan solo gitar elektrik, Jimmy Page melalui headphone nya tidak menangkap suara gitar akustik yang direkam beberapa tahun sebelumnya. Ternyata Ron Nevison, engineer yang mengerjakan proses
rekaman di truck milik Ronnie Lane bassist The Small Faces, kurang menyimak apa yang diinginkan oleh Pagey sehingga mengakibatkan bagian akustik dari lagu tersebut telah terhapus. Meskipun pada akhirnya lagu tersebut dapat diselesaikan saat proses mixing di studio Olympic, Jimmy Page yang dikenal handal dalam membidani sendiri seluruh produksi album Led Zeppelin tetap tidak dapat menyebunyikan rasa kecewanya. Hal ini jelas terlihat pada kredit nomor The Rover tercantum "guitar lost courtesy of Nevison".
Meskipun secara nilai komersil nomor Stairway to Heaven merupakan nomor karya Led Zeppelin yang paling dikenal dikalangan para penggemar musik, termasuk mereka yang tidak suka dengan musik rock, namun Kashmir lah nomor yang dapat dikatakan sebagai puncak karya mereka sepanjang perjalanan dalam blantika musik rock. Nomor ini, semula berjudul Driving to Kashmir, sebenarnya merupakan karya Jimmy Page dan John Bonham. Saat itu mereka hanya berdua di "studio" Headley Grange. Bonzo bereksplorasi dengan berbagai ketukan dan gebukan pada drumnya sementara Pagey memainkan riff-riff gitar yang pada akhirnya terbentuk komposisi Kashmir yang bernuansa irama padang pasir. Suara orcestra yang dimainkan oleh John Paul Jones, pada mulanya adalah riff-riff gitar kreasi Pagey. Sedangkan liriknya diciptakan oleh Robert Plant terinspirasi setelah berlibur di kawasan negeri Maroko, Afrika. Itulah sebabnya mengapa nama John Paul Jones tidak dimasukan sebagai salah satu pencipta nomor tersebut meskipun suara orcestra yang dihasilkannya terdengar sangat dominan sekali. Ketertarikan Page atas berbagai jenis musik, tidak hanya rock and blues saja, terdengar jelas sekali dalam nomor ini, seperti halnya pengaruh tradisional Skotlandia dalam nomor akustik The Battle of Evermore pada album keIV mereka.
Sejak di rilisnya Physical Graffiti, nomor Kashmir selalu dimainkan dalam setiap konser mereka sampai dengan meninggalnya Bonzo pada tanggal 25 September 1980. Namun demikian, dalam kesempatan lain setelah Led Zeppelin membubarkan diri, Kashmir pernah dikumandangkan lagi pada tahun 1988 di Madison Square Garden saat mereka reuni sejenak merayakan ulang tahun perusahan rekaman yang pernah membesarkan Led Zeppelin, Atlantic Records. Saat itu Plant, Pagey, dan Jonesy ditemani putra Bonzo , Jason Bonham pada drum. Pada tahun 1995, Page dan Plant dalam unledded tour memainkan kembali Kashmir dibantu musisi-musisi muda dan beberapa musisi asal Maroko memainkan perkusi, dan tidak dapat disangkal lagi jika unsur pengaruh musik padang pasir terdengar semakin kental.
Kagum atau terinspirasi oleh musisi yang lebih senior adalah hal yang biasa dalam musik, seperti halnya Led Zeppelin yang mengidolakan Elvis Presley tercermin nyata sekali dalam salah satu kreasinya yang berjudul Hot Dog dalam album ke VIII In Through The Out Door. Namun, betapa luas dan kuatnya pengaruh karya Led Zeppelin dalam perjalanan musik rock dapat dirasakan hingga sekarang ini, tidak hanya sesama musisi gaek tahun 70an yang terpengaruh bahkan musisi generasi tahun 2000an seperti Audioslave. Coba anda dengar saja kreasi Gary Moore gitaris gaek handal dalam lagunya yang berjudul Led Clones pada album After the War di tahun 1989 yang dinyanyikan oleh Ozzy Ozbourne, atau di akhir tahun 80an Kingdom Come dengan lagunya Get It On dalam album self title nya, kemudian di awal tahun 90an grup band Bonham yang dibentuk oleh Jason Bonham putra Bonzo dengan kreasinya Wait For You pada album pertamanya, semua lagu tersebut dapat dikatakan terinspirasi dari Kashmir. Bahkan musisi yang dikenal sebagai the voice of rock, Glenn Hughes mantan bassist dan vocalist Trapeze dan Deep Purple dalam albumnya ditahun 2003 berkolaborasi dengan Joe Lynn Turner mantan vocalist Ritchie Blackmore's Rainbow mendedikasikansalah satu lagunya yang berjudul Losing My Head kepada Bonzo.
Kehadiran Led Zeppelin tidak hanya mewarnai dunia seni bermusik rock namun juga memberikan kontribusi yang berarti dalam perdagangan saham di Amerika Serikat, terbukti Jimmy Page dengan stelan jas berwarna gelap diberi kehormatan untuk memainkan gitar Gibson Les Paul nya di podium New York Stock Exchange pada acara pembukaan bursa sekaligus initial public offering saham perusahaan musik Warner Music Group di Wall Street, Amerika Serikat pada tanggal 11 Mei 2005 yang lalu.Led Zeppelin rulez !!!!!!!!!!!!!
Oh Let the sun beat down upon my face and stars to fill my dream
Penghargaan Pulitzer (bahasa Inggris: Pulitzer Prize) adalah penghargaan yang dianggap tertinggi dalam bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat. Penghargaan ini juga diberikan untuk pencapaian dalam bidang sastra dan gubahan musik. Penghargaan Pulitzer pertama diberikan pada 4 Juni 1917, dan sejak beberapa waktu lalu, mulai diumumkan setiap tahunnya pada bulan April.
Penerima penghargaan ini dipilih oleh sebuah badan independen yang secara resmi diatur oleh Columbia University Graduate School of Journalism (Sekolah Jurnalisme Universitas Columbia) di Amerika Serikat. Penghargaan ini diciptakan oleh Joseph Pulitzer, seorang jurnalis dan penerbit surat kabar Hungaria-Amerika pada akhir abad ke-19.
Penghargaan diberikan dalam kategori-kategori yang berhubungan dengan jurnalisme, kesenian dan surat-surat. Hanya laporan yang diterbitkan dan foto-foto hasil karya surat kabar atau organisasi berita harian yang berbasis di Amerika Serikat saja yang berhak menerima penghargaan jurnalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar