Senin, Maret 08, 2010

When in Rome, do as the Romans do

Harry Lukman - Washington, D.C. 
Vancouver baru saja selesai menjadi tuan rumah Winter Olympic XXI. Vancouver juga merupakan tuan rumah bagi ribuan atau bahkan jutaan immigrant yg adu nasib di Canada sono.

Bagi Anda yg tinggal di Indonesia sono & tiap hari kerjanya nongrongin KOKI melulu, mungkin anda akan merasa iri, terpana dan terkagum2x dengan cerita yg anda dengar di KOKI ini dari berbagai macam Negara di luar Indonesia. Kalau saja ada yg bercerita bagaimana brutal-nya winter tahun ini dengan jumlah salju yg breaking records, bagi para KOKIERS yg belom pernah melihat salju tentu akan bermimpi untuk bisa main dengan salju. Padahal kita yg mengalaminya disini sudah MUAK!
Mungkin banyak juga yg terpana kalau baca the American Dream, cerita Barack Obama yg dari keluarga biasa dengan ayah seorang Kenyan Immigrant bisa menjadi American President, atau cerita dari Arnold Schwarzenegger yg datang ke USA hanya dengan $200 di kantongnya & bisa jadi one of the hottest movie stars in Hollywood & current Governor of California. Memang kiranya pepatah “the grass is always greener at the other side” mungkin benar.

Kenyataannya hidup sebagai seorang immigrant di negara baru tidaklah semudah, seenak & sekeren seperti apa yg selalu anda bayangkan di Indonesia sono. Ada banyak cerita sedih yg dari nasib para immigrants dan bahkan anak2x dari pada immigrants tsb. Tulisan saya kali ini akan bercerita dari sisi tsb, the failed integration of the immigrants to the mainstream society in their adopted land.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk memojokkan suatu agama atau golongan tertentu, tetapi ini adalah fakta yg berbicara. Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan lama dari Ibu Rini TH di Vancouver, BC, Canada beberapa waktu yg lalu dengan judul:
“Mengapa Kami Merantau ke Canada? (Tanggapan)”: http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/1096/mengapa_kami_merantau_ke_canada_tanggapan

Sebetulnya kemanapun Ibu Rini TH sekeluarga mau hijrah itu bukan urusan saya bukan? Tentu saja suka2x yg mau hijrah. Tetapi setelah saya baca article ini dan kalau saya berada diposisi ibu Rini TH saya tidak akan pernah hijrah ke Negara bule, NEVER, kenapa? Karena sebagaimanapun “welcome” nya Negara bule entah itu Canada, USA, NZ, Australia, UK, Holland, Belgium, France, Germany, etc. Ibu Rini TH sekeluarga tetap akan diperlakukan sebagai F.O.B – Fresh of the Boat atau kaum minoritas, bahkan keturunan andapun, selama mereka masih hidup di lingkungan para immigrant, selama anda lebih pilih ikut acara tarik tambang atau ikut lomba lari karung di KBRI atau KJRI setempat pada tanggal 17 August dari pada nonton kembang api atau ikut lomba pada Independence Day on July 4,  kalau tinggal di USA; atau Bastille Day on July 14 (atau bahasa Perancisnya “le quatorze juillet”) kalau tinggal di France; atau National Day on August 9 kalau tinggal di Singapore; atau Australia Day on January 26 kalau tinggal di Australia atau Canada Day/Dominion Day on July 1, kalau tinggal di Canada. BTW, you should’ve known it by now.

Saya tdk bilang lupakan “Bhinneka Tunggal Ika”, NO! But I say, “Dimana Bumi dipijak, disitu langit di junjung”, you should know “E pluribus unum” if you live in USA; “Liberte, Egalite, Fraternite” if you live in France; “Majulah Singapura” if you live in Singapore; “A Mari Usque Ad Mare” if you live in Canada. Again, you should’ve known it by now.
 
Selama pergaulannya masih hanya sebatas dengan orang sebangsa dan setanah air di negeri rantau atau dengan para kaum immigrant lainnya yg berasal dari Negara lain yg senasib, selama masih merasa seperti ikan lepas dari kolam ketika bergaul dengan kaum majority/mainstream di Negara baru tsb dan lebih suka bergaul di lingkup yg kecil, anda & keturunan anda tidak akan merasa “welcome” di rumah baru anda, sampai kapanpun juga, second or even your third generation.   

Living in their own cocoon (“GAIJIN” in their own country)
Phenomena ini sudah banyak contohnya di negara2x barat, bahkan anak2x dari para immigrants yg lahir di Negara barat & besar di Negara barat tsb atau anak2x dari para immigrants yg sejak kecil sudah dibawa oleh orang tuanya hidup di Negara barat & besar di Negara barat tsb tidak pernah merasa menjadi bagian dari pada kaum mainstream di Negara barat tersebut, anak2x tsb besar di lingkungan sebatas kaum immigrants, ibarat seperti katak dalam tempurung, akibatnya ketika anak2x tersebut tumbuh menjadi orang dewasa, ada dari mereka (walaupun tidak semua) merasa tidak “welcome” oleh mainstream society di negara2x barat tsb. Orang Jepang bilang gini;

“They will always be GAIJIN even in their own country of birth” 


Akibatnya macam2x, ada yg diam saja, ada yg berusaha membaur dengan masyarakat setempat, ada yg cuek bebek, tetapi ada juga yg melakukan hal2x fatal contohnya Seung-Hui Cho, lahir di Seoul dan dibawa orang tuanya pindah ke USA waktu dia baru usia 8 tahun, memang menurut family history si edan Seung-Hui Cho ada anxiety disorder.

With his parent’s limited English knowledge, Seung-Hui Cho grew up in tight-knit Korean immigrant community in a foreign-land. Seoul might be half-way around the world from Fairfax, VA where he grew up but it didn’t seem like it. You can find Korean stores throughout northern Virginia & Maryland suburban. You can find Korean churches and newspaper almost everywhere here. You might not be in Seoul or Pyongyang, but you can pretty much eat Bulgogi, Kalbi or Bibimbab everyday if you want it.

Seung-Hui Cho was struggling how to learn a new language. In fact, during Cho’s time in middle school and high school, he was teased for his shyness and unusual speech patterns. Some classmates even offered their lunch money to Cho just to hear him talk. According to Chris Davids, a high school classmate in Cho’s English class at Westfield High School, Cho looked down and refused to speak when called upon. Davids added that, after one teacher threatened to give Cho a failing grade for not participating in class, he began reading in a strange, deep voice that sounded “like he had something in his mouth” The whole class started laughing and pointing and saying, “Go back to China.” Another classmate, Stephanie Roberts, stated that “there were just some people who were really cruel to him, and they would push him down and laugh at him. He didn’t speak English really well, and they would really make fun of him”. Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Cho_Seung-hui

His anger exploded on April 16, 2007 when he randomly shot and killed 32 innocent victims (including one Indonesian student, 34-year-old Partahi Lumbantoruan, PhD student in Civil Engineering from Medan) and ended his own life by single gunshot in the head during Virginia Tech shooting-spree. The massacre is the deadliest peacetime shooting incident by a single gunman in United States history, on or off a school campus.

In sort, I think we can say that we failed him as a society at large. Our community failed him, the school system failed him, and definitely the immigrant life really failed him.

Contoh lagi, kalau anda pernah ke Chinatown di Manhattan (New York City) anda akan menjumpai begitu banyak orang Cina disono yg pada nggak bisa omong Inggris, banyak dari mereka yg sudah tinggal belasan & bahkan puluhan tahun di Amerika, tapi Inggris masih pada belepotan semua. Why? Because they don’t have to speak English, they even can take driver’s license exam in Mandarin if they want to. They’re comfortable enough to live in their own little cocoon. Again, “gaijin” in their own home.

Contoh lagi, yg ini saya bisa tulis article panjang lebar, dan sudah pernah saya tulis disini dan bahkan sempat membuat pro & contra di KOKI beberapa tahun yg lalu mengenai Illegal Aliens, yg tentu saja sebagian besar adalah Hispanics, yg berasal dari Mexico, Guatemala, El Salvador, Honduras, dan negara2x lainnya di America Latin yg masuk Amerika main SELONONG BOY saja lalu beranak pinak (having kids at least half-dozen each family) disini & sekarang pada minta U.S Green Card semua! Setelah jadi orang gelap disini sama sekali tidak usaha belajar Inggris, health care di U.S bangkrut gara2x mrk, school system in the U.S penuh sesak gara2x anak2x dari pada Illegal Aliens ini. Kemana mana carinya yg ada tulisan “Se Habla Espanol” melulu. This one is “gaijin” in the foreign land. They’re not supposed to be here in the first place! Why don’t they even try to integrate with the main stream society and at least try to learn English even though they’ve been living here so many years? Because they don’t have to speak English, they’re comfortable enough to live in their own little cocoon. I’m not asking these folks to speak fluent English like Brad Pitt or Tom Cruise, NO! But at least, give it a try! I just don’t understand when they can take their driver license’s exam in other languages than English. Do we also have to translate all the road signs into several different languages? Instead of a simple “Exit” sign on the highway, do we have to put the following sign? “Exit-Sortie-Salida-Ausgang-Uitgang-Uscita-Keluar-Metu”

Again, I’m not a right-wing-radical-anti-immigrant-nut kind of guy with his confederate flag on his pick up truck. No, I’m not! I’m an immigrant myself, but you don’t break in into someone else house and ask the owner of the house to serve you enchiladas & burritos in the morning while the owner of the house eat scrambled eggs and pancake with maple syrup for breakfast. Remember, you’re not supposed to be in that house in the first place!  

Common denominator
Here in the United States, we have 9/11, the worst terrorist attack in U.S soil on September 11, 2001. Whereas, in the United Kingdom, they have 7/7, the London bombings on July 7, 2005, the worst blast in London since World War II. The bombings were carried out by 4 British Muslim men, three of Pakistani descents (Mohammed Sidique Khan, 30, he left his wife and young child; Shehzad Tanweer, 22 and Hasib Hussain, 18) and one of Jamaican descent (Germaine Lindsay also known as Abdullah Shaheed Jamal, 19, left his pregnant wife). Dari ke 4 terrorists tsb, hanya Germanie Lindsay yg lahir di Jamaica, pindah ke UK ikut orang tuanya ketika dia baru berumur 5. Sedang ke 3 terrorists keturunan Pakistan, semuanya lahir di UK, they’re all British citizens by birth. So, what’s the moral of the story?

They were the victims of failed integrations in many western countries, they were never felt home in their own home country, they were aliens or”gaijin” in their own home. They refused to blend in with the mainstream society and lived in their own cocoon. 

Another example is the recent incident in Ft. Hood, TX. Unlike Seung-Hui Cho, who came to this country as 8 years-old-boy, Army Major Nidal Malik Hassan was born and raised in Virginia to Muslim Palestinian parents who migrated to the U.S from the West Bank. After graduating from high school Hassan joined the U.S Army. As a soldier, he has to follow the order. However, when he was about to be deployed to Afghanistan, he felt that he wouldn’t be able to fight his fellow Muslims. There are some conflicts inside Major Hassan whether to serve his country or to follow his faith. Unfortunately, Major Hassan’s rage exploded on November 5, 2009 he randomly shot and killed 13 fellow U.S. soldiers.

Apakah seorang keturunan Arab tidak akan pernah bisa menjadi U.S soldier karena “conflict of interest”? Tidak benar itu, lihat contohnya General Abizaid, a four-star general in U.S Army, lulusan sekolah militer elite “West Point” yg dapat julukan “Mad Arab”. General yg satu ini lancar bahasa Arab (sudah jelas karena dia sendiri keturunan Arab, born in the USA) dan bekas komandan seluruh tentara Amerika di Iraq.

While General Abizaid knows that his country does not fight a certain religion in Iraq and/or Afghanistan; unfortunately, Major Hassan doesn’t understand that. General Abizaid understands that his country is trying to make a better world by eliminating terrorism thread against our civilized world.

Remember terrorists can strike anytime, anywhere and can target anyone (regardless of your skin color or your race/religion), the vulnerable citizens. It could happen in New York (September 11, 2001), London (July 7, 2005), Madrid (March 11, 2004), Jakarta (Marriott bombings, 2003 & 2009), Bali (2002 & 2005), Istanbul (November 15 & 20, 2003) and the most recent one happened on Christmas Day 2009 when young Nigerian man, Umar Farouk Abdulmutallab, tried to detonated his bomb on Northwest Airlines flight # 253 from Amsterdam (AMS) to Detroit (DTW). Si Umar ini merasa depressed & lonely selama dia sekolah di London, England. Umar ini anak orang kaya; a wealthy Nigerian banker’s son. Jadi dari kecil Umar sudah sekolah di sekolah2x elite & mahal (British boarding school in Togo, West Africa & University College London) yg susah di jangkau dan bahkan hanya mimpi bagi average Nigerian untuk bisa sekolah di sekolah2x spt itu. Tetapi selama di London si Umar tidak pernah merasa bisa adaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Susah cari daging halal katanya, menurut berita di Washington Post (December 29, 2009) yg saya kutip;

In December 2005 his parents visited him in London and he refused to eat meat with his parents and said ‘I am of the view of meat not slaughtered by Muslims is haram for consumption. My parents are of the view as foreigners. I should not be eating with my parents as they use meat I considered haram’. However, his family said it was unthinkable that he would do anything like this”

Setelah lulus dari London, si Umar bilang ke ayahnya dia mau sekolah bahasa Arab di Yemen, setibanya di Yemen si Umar senang sekali, dia merasa ‘blend-in’ with the local society dan dia merasa kalau dia bisa diterima dengan sepenuh hati di Yemen.

This is exactly what I mean! He has absolutely no business living in England whatsoever! He should’ve migrated to Yemen and live there for the rest of his life where he belongs. After the trip to Yemen he came back to Nigeria, boarded a KLM flight to Amsterdam and transferred to a Northwest Airlines flight # 253, a Detroit-bound aircraft and tried to blow up that plane just before the plane make its final descent into Detroit Wayne International Airport (DTW) on Christmas Day 2009. Unfortunately, it doesn’t take a Harvard education to figure out what type of folks are trying to blow up planes these days and if you notice they all have common denominator here! NO! I’m not accusing specific religion here!! In fact, I think that this great religion has been hijacked left and right! When the four commercial airlines were hijacked on that Tuesday morning, September 11, 2001, those 19 hijackers not only hijacked the planes but they also hijacked their own religion. I couldn’t agree more with the British author Arthur C. Clarke;

“One of the great tragedies of mankind is that morality has been hijacked by religion”

There so many Muslims in Western countries, but we do not see them acting like Major Hassan,  Mohammed Sidique Khan, Shehzad Tanweer and Hasib Hussain everyday. I wholeheartedly believe that the vast majority of Western countries’ Muslims are law-abiding, upstanding citizens who vehemently shun the violence embraced by the radical and dangerous few. In many ways, Muslims in the western countries have the most to lose when extremists carry out their warped plans, and they suffer most when they are unjustly lumped in with the radicals. I firmly believe, like in any other religions, only the minority of them that are really having radical views (a.k.a “nuts”). However, when you’re talking about the “small percentage” of 1 Billion (let’s say 1% to 5%), you’re talking about 10 to 50 million people! That’s a lot of folks! Canada’s population is only approximately 34 millions.  

Tetapi masalah tidak bisanya sebagian minority untuk ber-integrasi dengan masyakat majority di Negara yg baru (bahkan bagi anak2x para immigrants yg lahir di Negara baru) tidak hanya terjadi di US or UK saja. Saya ambil contoh lain, France (population 65 millions), Negara yg mempunyai banyak umat Islam, yg kebanyakan berasal dari negara2x bekas jajahan Perancis di Africa seperti; Algeria, Tunisia, Morocco & Senegal. Diperkirakan ada sekitar 4.8 juta umat Islam di Perancis, suatu jumlah yg cukup besar bagi Negara Eropa. Asal anda tahu jumlah total penduduk Finland adalah 5.3 juta jiwa. Tetapi walaupun Perancis punya 4.8 juta umat Islam, sering terjadi bentrokan antara Muslim minority vs. majority French people. Anda pasti pernah dengar berita riots in Paris di tahun 2005 bukan?  Dimana para immigrants dari Northern Africa ribut dengan polisi. Ibu Rini mungkin betul karena tidak memilih Perancis sebagai Negara tujuan anda walaupun Perancis punya 4.8 juta umat Muslim, tetapi memakai Hijab di tempat umum dilarang di Perancis. Sebetulnya bukan hanya hijab saja, tetapi berbagai macam religious symbol tidak boleh dipakai, ini karena Perancis menganut azas sekuler.    

The French government, and a large majority of public opinion, is opposed to the wearing of a conspicuous sign of religious expression (dress or symbol), whatever the religion, as this is incompatible with the French system”.

Jadi misalnya ada keluarga Muslim yg punya anak perempuan & anak tersebut pakai jilbab ke sekolah negeri (state school) bukan sekolah swasta (private school) dan ada keluarga Yahudi yg punya anak laki2x & anak laki2x tersebut pakai kopiah Yahudi (apasih namanya?) kesekolah yg sama sekolah negeri (state school) bukan sekolah swasta (private school), kedua anak tersebut; Muslim & Jews akan diusir dari sekolah negeri di Perancis karena mereka memakai religion symbol. Jadi sebetulnya UU ini dibuat tidak hanya untuk memojokkan satu agama tertentu saja, tetapi dibuat secara fair. Again, it’s about the separation between state and church. It’s called secularism. Tetapi apakah semua anak2x immigrants & para immigrants itu sendiri akan tidak pernah diterima seutuhnya oleh masyarakat setempat? Tentu saja tidak! Sekali lagi tergantung dari pada anak2x immigrants dan para immigrants itu sendiri untuk menyesuaikan diri di negara barunya dan bagaimana mereka mendidik & membesarkan anak2xnya hidup di negara baru, negara impian & pilihan mereka sendiri, inget para immigrants ini datang sendiri ke negara baru itu, bukan negara baru itu yg MEMINTA para immigrant datang ke negara tsb. Ingat “Dimana bumi dipijak disitu langit di junjung!” Nggak usah jauh2x, the son of Kenyan immigrant now is the president of the United States! A poor Austrian immigrant with his broken English came to this country in 1968 with only few hundred dollars in his pocket has become one of the hottest Hollywood movie stars and now the current Governor of California, I can go on and on with the list of thriving immigrants in this country!

Atau anda yg di Eropa sono pasti kenal betul dengan wanita yg satu ini, lihat itu Rachida Dati, French Justice Minister, lahir di Perancis ibunya immigrant dari Algeria, ayahnya immigrant dari Morocco tetapi dia bisa beradaptasi & berintegrasi dengan mainstream society di Perancis dan sampai berhasil menjabat sebagai menteri di Perancis, suatu prestasi yg luar biasa bagi wanita muslim di Eropa sono. 

Why Vancouver and why not Dubai or Kuwait City or Doha?




Sekali lagi, kalau saya jadi Ibu Rini TH, sebelom saya hijrah jauh2x ke Vancouver dari Jakarta, saya akan melakukan PR saya dengan baik, saya TIDAK akan hanya melihat Negara bule saja yg selalu menjadi idaman di dalam tujuan para immigrants, biar dibilang KEREN karena bisa tinggal di Negara bule. Tetapi, sekali lagi, setelah baca article anda yg saya kutip di bawah ini;

Terakhir, yang kok jadi seru juga kelihatannya, mengenai makanan Halal. Alhamdulillah, dengan banyaknya immigrant muslim di Canada (apalagi di Ontario katanya) saat ini toko Halal Meat, Halal Pizza, Halal Fried Chicken, Halal Restaurant cukup banyak di Vancouver dan sekitarnya, Cuma….ya nggak di setiap pengkolan jalan begitu. Komunitas muslim di sini menerbitkan daftar toko & restaurant yang halal. Tapi buat anak-anak (aku juga sih…), mereka harus belajar lebih sabar & ikhlas karena mereka nggak bisa makan KFC favoritnya, kalaupun ingin harus order sehari sebelumnya di halal meat dan hanya bisa dilakukan Jum’at dan weekend saja.

Kalau ke McD cuma bisa makan Fillet-O-Fish, kalau ke Subway cuma boleh order isi tuna, kalo ke Food Court hanya bisa yang Veggie atau seafood, favoritnya adalah Calamari. Di Food Court juga walaupun makanannya semuanya sayuran, tapi kalau sebelahnya ada yang dari babi, buatku sebaiknya dihindari. Jika mau beli makanan, kalau ada tanda Halal atau Kosher….boleh, kalau tidak ada tanda ini harus di-scan dulu ingredient list-nya, seperti keju misalnya – nggak boleh mengandung Rennet (yaitu koagulan yang dibuat dari isi perut babi).” 
Rini TH – Vancouver, BC, Canada

Kalau saya berada di posisi Ibu Rini saya akan tengok negara2x Timur Tengah sebagai Negara tujuan saya. Kalau saya berada di posisi ibu Rini TH sekeluarga, saya tidak akan mau hidup merasa khawatir seumur hidup saya setiap hari hanyak karena saya nggak 100% yakin makanan yg masuk ke dalam perut saya itu Halal atau Haram! Hidup ini sehari-hari saja sudah rumit, alangkah enaknya bila kita nggak usah pusing2x pikirin makanan yg kita makan setiap hari ini sebetulnya boleh kita makan menurut kepercayaan kita atau tidak. Kalau kita tidak usah pusing2x pikir hal itu, bayangkan berapa banyak waktu extra yg dapat kita pakai untuk melakukan kegiatan2x lainnya!

Yg saya nggak habis pikir kalau memang mau cari makanan Halal kenapa harus jauh2x ke Vancouver? Kenapa nggak ke Dubai sana atau ke Sana’a sana! Saya yakin anda sekeluarga tidak akan khawatir dengan makanan non-halal, saya yakin semua makanan/minuman dari Pizza, Fried Chicken, Coca-cola, Hamburger, buah Kurma, dll pasti halal & aman di Amman, Dubai, Jeddah, Cairo, Damascus, Kuwait City, Doha, Riyadh, Abu Dhabi atau Sana’a sana. Saya yakin 100% anda pasti akan merasa nyaman dengan jilbab anda di negara2x Arabs sana. Kalau boleh saya kutip lagi article anda tempo hari sbb;

“Wah…sebenarnya ini bisa panjang, tapi secara singkat karena menurut hemat kami Canada lebih welcome & membantu para immigrant, masalah diskriminasi tidak mencolok (ada saja sih…tapi tidak heboh lah), yang paling penting buat aku adalah aku bisa berjilbab dengan tenang & nyaman.

Menurut hasil pengamatan kami, Singapore juga gampang dapat PR-nya, tapi susah mencari kerja buat kami yang expertise-nya biasa-biasa saja. Malaysia, entahlah gampang atau tidak dapat PR-nya, tetapi katanya orang Malaysia juga banyak yang migrate ke Canada.


Australia, lebih gampang dapat PR-nya daripada Canada, tetapi aku khawatir aku tidak nyaman dengan jilbabku kalau pindah ke sana. NZ, temanku yang udah dapat PR dan 2 tahun di sana balik lagi ke Jakarta, sehingga membuat aku nggak explore lebih jauh lagi deh. USA, wow….kalau nggak dapet lotere, susah banget & perlu perjuangan berat untuk dapat Green Card mereka. Lagipula, buatku yang berjilbab khawatir akan tidak terlalu nyaman di sana.”  Rini TH – Vancouver, BC, Canada

Jangankan pakai jilbab, mau pakai hijab, mau pakai Burqa atau mau pakai Niqab, you can have all the flexibilities and choices you want! You can wear your Jilbab on Monday, Burqa on Tuesday, Niqab on Wednesday, Hijab on Thursday; how about that? It’s like all you can eat buffet in fashion! In fact, you blend-in with the local crowd right away! You instantly become the mainstream part of the society! Coba deh tanya KOKIERS yg tinggal disono, saya ambil contoh tanya mbak Henny di Tripoli sono atau mbak Lyna di Kuwait sono.
Thus, instead of Vancouver why not Dubai, Doha or Kuwait City for example?
  • Dubai, United Arab Emirates. Negara terkaya ke 10 di dunia (lihat daftar dibawah)
  • Kuwait City, Kuwait. Negara terkaya ke 5 di dunia (lihat daftar dibawah)
  • Doha, Qatar. Negara terkaya ke 2 di dunia (lihat daftar dibawah)
Anda mau tahu 10 negara terkaya di dunia? (Based on income percapita 2008 in USD);





Germany # 26 – 35,500; Japan # 28 – $34,100; France # 29 – $33,300; China & Albania # 106 – $6,000 (but Hong Kong - $43,800); Indonesia, Congo & Guyana # 126 – $3,900; India & Nicaragua # 134 - $2,900; Timor-Leste, Nigeria, Papua New Guinea, Cameroon & Kosovo # 144 - $2,300 and the poorest country in the world is Zimbabwe # 194 – $200

Emirates (EK) & Dubai International Airport (DXB)

Di dalam airlines industry, Emirates tidak kalah dengan Singapore Airlines, American Airlines, United Airlines, Air Canada, British Airways, Cathay Pacific, Japan Airlines, Air France, KLM or Lufthansa. Emirates termasuk di dalam daftar first class airlines in airlines industry. Emirates (EK) mampu menyaingi Singapore Airlines (SQ) di dalam menyediakan penerbangan nonstop jarak jauh dengan route2x spt ini; Dubai (DXB) – Los Angeles (LAX); Dubai (DXB) – Sao Paulo (GRU); Dubai (DXB) – Houston (IAH); Dubai (DXB) – San Francisco (SFO) semua penerbangan jarak jauh nonstop ini Emirates memakai pesawat Boeing 777 – 200LR (Long Range), the world’s longest-range commercial airlines when it entered service in 2006. Ini adalah pesawat baru yg canggih & mahal. Hanya airlines2x bergengsi di dunia ini yg memiliki pesawat2x jenis ini seperti Emirates, Singapore Airlines, United Airlines, Cathay Pacific, dan airlines2x yg ternama lainnya.
Selain itu, Emirates juga punya pesawat baru yg besar sekali, a Double Decker commercial aircraft, Airbus A-380, sekali lagi hanya airlines2x bergengsi (first class airlines) di dunia ini yg memiliki pesawat semacam Airbus A-380 tsb, seperti Emirates, Singapore Airlines, Qantas, Air France. DXB tidak kalah dengan airport2x Asia lainnya seperti; SIN, HKG, BKK or NRT. In 2009 DXB was the 6th busiest airport in the world by international passenger traffic.DXB juga tidak kalah dengan airport2x Amerika seperti; JFK, LAX, DFW, SFO or ORD. Anda bisa lihat foto2x DXB disini, ini adalah salah satu the best airports on this planet! DXB juga tidak kalah dengan airport2x di Eropa seperti; AMS, CDG, FRA or LHR. Bahkan DXB jauh lebih megah dari airport2x di Canada spt YYZ, YVR, YUL or YHZ.  



Magnificent Dubai
Demographics di Dubai tidak kalah variasinya dgn demographics di Vancouver, New York, Paris or London. Dubai punya jumlah penduduk sekitar 1.37 juta jiwa dan diperkirakan punya 250,000 foreigners atau sekitar 19.23% populasi Dubai adalah orang asing.

Anda mau lihat gedung2x tinggi pencakar langit, anda tidak harus pergi ke New York, Chicago, Tokyo or Toronto but it is Dubai. Burj Dubai is the tallest man-made structure in the world! (818 meter) Silahkan lihat fotonya yg baru dibuka beberapa bulan yg lalu.

 

Anda pernah dengar “Palm Island” di Dubai? Ini adalah pulau buatan di Dubai yg kalau anda lihat dari atas seperti pohon palem (lihat foto ini). kalau anda punya cukup uang, bisa beli rumah di pulau buatan ini! Ini merupakan suatu reclaimed land project yg sangat ambisius di di dunia ini.



Selain “Palm Island” Dubai juga punya project reclaimed land yg ambisius juga, namanya “The World” silahkan lihat fotonya. Kalau di lihat dari atas seperti peta bumi kita. Pulau2x buatan ini dijual dengan harga sekitar $15 sampai $50 juta dollar Amerika Serikat! Jadi bisa saja seseorang beli “Pulau Jawa” atau “Pulau Kalimantan” di Dubai.

  

Bagi anda yg suka shopping, Dubai juga merupakan surga shopping center, jadi tidak hanya jalan2x utama di kota2x dibawah ini saja yg merupakan jalan2x utama pusatnya shopping center di kota tsb atau nama jalan yang menjadi identitas dari pada kota tersebut.

Sering saya dengar kalau kita belom ke Jogja kalau kita belom makan lesehan di Jalan Malioboro atau kita belom ke Singapore kalau kita belom shopping di Orchard Road atau kita belom ke Paris kalau kita belom jalan2x di Champs-Elysees yg amat terkenal itu atau kita belom ke Chicago kalau kita belom ke Michigan Avenue yg dikenal dengan sebutan the “Maginificent Mile” itu. Jadi semua orang tinggal di kota tsb pasti tahu 100% dengan jalan tersebut, seperti:
  • Jalan Malioboro – Jogja: http://en.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro Yang katanya merupakan jalan termahal di Central Java, benar nggak sih? Emang property di jalan2x utama di kota Semarang kalah mahal? Please confirm.
  • Oxford Street – London, England: http://www.oxford.st/
  • Fifth Avenue – New York, NY: http://en.wikipedia.org/wiki/Fifth_Avenue
  • Michigan Avenue – Chicago, IL: http://www.themagnificentmile.com/
  • Rodeo Drive – Beverly Hills, CA – suburb of Los Angeles, CA: http://www.rodeodrive.com/
  • Bahnhofstrasse – Zurich, Switzerland: http://en.wikipedia.org/wiki/Bahnhofstrasse,_Z%C3%BCrich
  • Champs-Elysees – Paris, France: http://www.champselysees.org/champselysees/
  • 16th Street – Denver, CO: http://www.denver.org/what-to-do/shopping/detail?memid=2435&wc=Shop
  • K Street – Washington, D.C: http://en.wikipedia.org/wiki/K_Street_(Washington,_DC) Yes, it’s not a type error it’s just “K”. Nama2x jalan di Washington, D.C sangat mudah untuk di ingat, karena pakai huruf; A, B, C, D, etc atau pakai angka 1st, 2nd, 3rd, etc atau pakai nama 50 states in the U.S. Jadi misalnya kalau kita bilang “Meet me at the corner of 16th Street and Pennsylvania Avenue” kita semua tahu itu adalah lokasi the White House 
  • Orchard Road – Singapore. Jalan yg satu ini nggak usah dikasih link sudah pada familiar semua bukan? Dari Takashimaya (Ngee Ann City); Wisma Atria; CK Tang; Lucky Plaza; ION Orchard; OC – Orchard Central (Bangunan baru yg menggantikan bangunan lawas yg namanya Specialists’ Shopping Centre); Centre Point; The Herren; Paragon; Plaza Singapura semuanya ada di Orchard Road. Kalau ada pertanyaan ttg jalan yg satu ini please contact Ms. Linda Cheang, the subject expert on this topic he..he…he…
  • Jalan Pemuda – Muntilan: http://www.muntilan.org/  (he…he…he. Well, yes! Ini adalah jalan utama di kota tsb! Semua orang pasti tahu kalau bilang nama jalan ini di kota tsb! Just like Orchard Rd in Singapore or Michigan Ave in Chicago)
Jangan lupa, selain jalan2x yg saya sebut di atas tadi, ada nama jalan “Doha Street” di Dubai yg merupakan jalan masuk ke “The Dubai Mall”, the shopping paradise for the serious shoppers out there!

Tadinya mall terbesar di dunia adalah “Mall of America” di Minneapolis, MN, USA dibuka tahun 1994 yg lalu, ternyata record mall terbesar di dunia sekarang dipegang oleh “The Dubai Mall” yg baru dibuka November 2008 yg lalu. Di mall raksasa ini juga terdapat aquarium, ice-rink yg bisa menampung 2,000 visitors dan juga SEGA Republic yg baru buka August 2009 yg lalu, ini adalah indoor theme park (yes, inside the mall!!) with 150 amusement games! Di dalam mall ini juga terdapat 22 megaplex (cinema/bioskop). Anda masih belum puas dgn “The Dubai Mall” di downtown Burj Dubai? Anda bisa ke mall2x ini;
  • Mall of the Emirates; http://www.malloftheemirates.com/en/Default.aspx Sebelom “The Dubai Mall” dibuka Nov. 2008 yg lalu, ini adalah the biggest mall in the Middle East. Nonton Amazing Race tempo hari? Inget waktu mrk main ski? Di mall inilah tempat Ski-Dubai (indoor ski)
  • Ibn Battuta Mall; http://www.ibnbattutamall.com/
  • Lamcy Plaza; http://lamcyplaza.com
  • Mercanto Shopping Mall dan masih banyak lagi yg tidak bisa disebut satu persatu, belom lagi Malls yg masih dalam tahap construction. Pokoknya mall2x di America atau Canada kalah canggih dengan Malls di Dubai!
Krn anda punya anak2x anda tentu memikirkan pendidikan mereka bukan? Dubai ada banyak sekolah2x bagus, dari sekolah local sampai ke International School yg diakui di seluruh dunia; Deira International School, Emirates International School, Wellington International School, Mahatma Gandhi Univ. Bahkan sekolah2x dari USA juga ada yg buka cabang disini spt; Michigan State University Dubai (MSU Dubai), Harvard Medical School Dubai Center.

Anda anti Amerika? Anda lebih pilih Inggris? Ada juga sekolah2x Inggris spt English College Dubai, Cambridge High School atau anda lebih suka sekolah Australia? Ada juga – University of Wollongong in Dubai (cabangnya dari yg di Australia sono). Sekali lagi, saya bukan mengecam anda pindah ke Canada, kalau saya berada diposisi anda, sekali lagi saya nggak akan hijrah ke Negara bule, NEVER! Ngapain seumur hidup setiap hari mau makan saja harus was2x halal atau tidak, temen2x hanyalah sesama perantau/minority, dan seumur hidup anda tetap akan menjadi minority in your adopted-land.




Minority vs. Majority
Sekarang pasti banyak dari KOKIERS yg pada kebakaran jenggot setelah baca article saya yg satu ini. Dan saya yakin banyak yg bilang gini;

Kalau HL begitu berapi-api sama Dubai, Doha & Kuwait City, kenapa nggak HL aja yg pindah ke Dubai, Doha & Kuwait City sono?”

Berkunjung boleh saja, anytime! Bahkan kita sudah pernah ke Dubai beberapa tahun yg lalu! (Stop-over naik Emirates waktu ke Jakarta) It’s a very nice place to visit! Tetapi pindah ke sono, well, thanks but no thanks! Saya sudah merasakan hidup sebagai minority, dan saya lebih pilih hidup di rumah baru saya yg menjadikan saya sebagai mainstream society (majority). Dimana di rumah baru saya ini saya adalah bagian dari majority, jadi saya tidak perlu khawatir kalau rumah ibadah saya akan dibakar (spt yg terjadi di Malaysia baru2x ini, baca article sdri. Eve-SG tempo hari: “Gereja dibom Akibat penggunaan nama Allah”) Bagi saya pribadi majority & minority tidak hanya pada “physical appearances” saja, tetapi juga pada attitudes; the way we talk, the way we think and the way we acts. Di Singapore mungkin secara “physical appearances” saya adalah majority, tetapi didalam attitudes and the way they talk (SINGLISH), the way they think (KIASI) and they way they acts (KIASU), I’m definitely a minority in Singapore!

Di sini – USA – secara “physical appearances” sampai kapanpun juga saya adalah minority. Jangankan saya, the current president of the United States, Barack Hussein Obama, juga minority, tetapi secara “attitudes” the way we think, the way we talk (I know that I don’t speak like Tom Cruise, but I don’t speak like William Hung either), the way we acts, we are part of the mainstream society here in America. Therefore, we are majority here! In fact, America has never been united by blood or birth soil. We bound by ideas that move us beyond our background, lift us above our interests and teach us what it means to be citizens. Some of us had crossed the mighty ocean and left our country of birth forcefully or voluntarily to be part of this mainstream society for better or worse, we all believe that the best is yet to come here in America.    

Saya lebih pilih pindah ke Negara yg bisa menerima saya 100% apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihan yg saya punyai. Saya dulu punya teman sekantor yg sudah 27 tahun tinggal di Amerika, dia asalnya dari Damascus, Syria. Beberapa tahun yg lalu pas Lebaran (yg tentu saja di AS bukan hari libur, hari kerja biasa) masuk kerja dan saya bilang gini ke dia “Eid Mubarak!” Dia sempat terkejut mendengar itu, lalu dia bilang gini;

“27 years living in this country, you’re the second person who said that in my office; the first was about 12 years ago my Pakistani co-worker.  Thank you, it means a lot to me!”

Mendengar jawaban dia, saya baru bisa merasakan, inilah resiko hidup sebagai kaum minoritas di Negara baru! It’s pretty sad, but that’s the consequences. Makanya sekali lagi, saya yg sudah pernah merasakan hidup sebagai minority & sekarang saya bisa berbagi cerita dengan anda semua. Sekarang saya sudah menemukan rumah saya yg baru yg bisa menerima saya 100% dan menjadikan saya sebagai majority. Saya tidak akan pernah mau lagi hidup di masyarakat dimana saya hidup sebagai minority.

“Jalan Pemuda” memang selalu ngangenin dan saya selalu terkenang dengan “Gethuk Lindri” atau “Tape Ketan” sewaktu saya masih kecil dulu, but I’d rather be on “K Street” now, my new home in my adopted-land. It doesn’t mean that I don’t like “Tape Ketan” anymore, but instead of “Tape Ketan” I’m fine with Five Guys in my adopted-land (http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Guys & http://www.fiveguys.com/home.aspx) Bukannya saya seperti “Kacang lupa dengan kulitnya” nobody could change the fact that I was born and grew up there! Nobody could change our past, but we can all change our own future and destiny.  

Kalau saya berada diposisi ibu Rini, saya mau di dalam bulan Ramadhan supaya saya dibangunkan jam 4 pagi dengan suara kenthungan untuk sahur. Dan waktu Lebaran saya mau merasakan suasana lebaran yg begitu terasa (Holiday Season). Suasana lebaran sama sekali tidak terasa di USA, Canada dan negara2x bule lainnya, karena memang mainstream society tidak ikut merayakannya. Holiday Season yg saya maksudkan disini kalau di Amerika adalah antara Thanksgiving (Kamis ke 4 di bln November) sampai tahun baru (January 1). Anda yg tinggal di USA tentu bisa merasakan “Holiday Season” yg saya maksudkan, emang sih sekarang ini sudah dibelokkan menjadi “Shopping Season” but I think you can still feel the holiday sprit in the air, if you know what I mean. Or if you go to Singapore, Hong Kong, Beijing or Shanghai around Chinese New Year, you can feel it in the air!

There’s a different atmosphere in Singapore around Christmas and Chinese New Year. Christmas in $ingapore is so commercialized and it’s all about $hopping and $pending more $$ but if you’re in Singapore during Chinese New Year, you can just feel it in the air. Suddenly the hectic Singaporeans become layback, everybody drops whatever they’re doing and spends time with family, just like Americans during Thanksgiving and/or Christmas or Indonesian during Eid ul-Fitr, a major holiday which is running deep inside of the heart of that country’s culture, one can say “It’s in their blood”.

If you’re the majority in Indonesia celebrating Eid ul-Fitr or the majority in Singapore celebrating Chinese New Year or the majority in the U.S celebrating Thanksgiving & Christmas, that’s great, you’re part of the mainstream society. However, if you’re the minority, too bad, you have to live by the majority’s rules and respect them. No matter where you are on this planet, some of the majority will embrace the minority at all costs but some of them will never accept the minority as one of them, you can certainly hope so but ain’t gonna happen baby!       

Therefore, I’d rather be part of the society that will treat me as one of them, so you will feel that you have found your truly home, you are part of the mainstream society, for better or for worse, you are not the minority that are struggling and having integration hurdles in the foreign land with your F.O.B issues. You don’t knock at someone else house and live there and tell them “Let’s have Nasi Lemak for breakfast!” when all of them normally eat pancake and scrambled egg for breakfast. You ought to eat pancake & scrambled eggs with them.

Remember; when in Rome, do as the Romans do. When your searching for home has been fulfilled; finally, your fellow citizens in your adopted-land will embrace you and will call you; “You’re one of us buddy!” Personally, this statement is the greatest accolade to me

Sekian dulu! Greetings from “K Street”; HL-DC


Sources:
  • www.foxnews.com/story/0,2933,174670,00.html
  • www.expatforum.com/articles/moving/moving-to-dubai.html
  • www.foxnews.com/printer_friendly_wires/2007Apr22/0,4675,VirginiaTechKoreans,00.html
  • “I feel depressed and lonely. I do not know what to do” the story of Umar Farouk Abdulmutallab. The Washington Post (hard copy edition) Page A-1; Tuesday, Dec. 29, 2009

Tidak ada komentar: