Kamis, Maret 11, 2010

"Setanku" Seputih Salju

Arita-CH, Swiss
 Alkisah menurut legenda, pada jaman dahulu kala di pegunungan Alpen, hiduplah peri-peri kecil di dalam gua-gua yang terletak di puncak gunung. Menyamar dengan berpakaian seperti petani, mereka sering turun gunung dan membantu para penduduk desa yang sedang dilanda kesusahan. Selain membantu para manusia, para peri ini juga suka sekali berpesta. Di malam hari, mereka berbaur dalam pesta-pesta perayaan panen, berdansa waltz dengan para penduduk hingga fajar tiba.

Pada suatu waktu, salah satu peri yang paling cantik bernama Fayas, jatuh cinta dengan seorang gembala muda dan hubungan mereka berdua berlanjut hingga ke jenjang penikahan. Akibat dari pernikahan tersebut, sang peri cantik, Fayas, kehilangan kemampuan ajaibnya sebagai peri, namun cinta yang kuat memberikan keajaiban yang baru, menggantikan yang telah hilang. Beberapa bulan kemudian, Fayas melahirkan seorang anak lelaki tampan bertanduk tiga dan bertubuh hitam indah bagaikan kayu Eben, menjadi pemain seruling yang selalu dengan riang menghibur para penduduk desa, “le diablotin des Diablerets” setan kecil dari Diablerets, pemain seruling yang selalu riang gembira.


*Diterjemahkan dari “Le jouer de flûte”, C. Darnay, 1902.
 

 

Dear KoKiers, masih ingat artikel “The Devils of Les Diablerets” yang pernah saya cungulkan di Koki? Bagi yang belum lihat atau mungkin saja lupa, bisa di klik pada url dibawah ini.
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/11/200/the_devils_of_les_diablerets_

Kali ini, tulisan saya tentang Diablerets diinspirasikan dari kisah “le diablotin des Diablerets” setan kecil dari Diablerets, pemain seruling yang selalu riang gembira. Kata “Diablerets” sendiri dapat diartikan secara harafiah adalah “tempat tinggal para setan”. Namun “setan” tersebut diartikan dalam segi positif, dimana mereka hidup dalam dunianya sendiri dan berfungsi untuk membantu para penduduk dalam kesusahan, dimana salah satu “setan” yang terkenal adalah “setan kecil hitam” pemain seruling.

Beberapa hari-hari yang lalu, usia saya bertambah satu tahun. Dengan bertambahnya usia, keinginan setan-ni yang ada dalam diri saya (tampaknya) juga turut bertambah. Menyadari akan adanya pertambahan keinginan setan-ni, maka saya mencoba untuk menerima kenyataan dan mencoba (juga) untuk mengubahnya menjadi keinginan setan-ni yang positif dengan melakukan perjalanan mendaki gunung di Diablerets pada musim dingin ini di hari "H" dan melakukan refleksi diri di kedinginan yang beku. Dengan harapan bisa mendinginkan jiwa yang dipanasi oleh keinginan setan-ni dan menjadikan keinginan setan-ni seputih salju di Diablerets (minimum bisa mencontoh dari perangainya si “setan kecil pemain suling”).

Kedatangan saya di Dialerets disambut dengan cuaca yang kelabu serta turunnya salju. Aahhh... tampaknya niat mencari yang dingin-dingin dikabulkan dan alampun turut bersuka cita merayakan pesta meriah dengan menyebarkan gumpalan-gumpalan salju kecil. Selamat datang di Diablerets, tempat tinggal para “setan” !





Di keesokan pagi harinya, saya bersiap diri memakai “peralatan tempur”: set baju khusus untuk jalan di suhu jauh dibawah 0 derajat, sarung tangan, topi, kacamata dan sepatu trekking khusus untuk jalan di salju (yang amit-amit beratnya!). Matahari bersinar sangat cerah, memberkati diri ini dengan sinarnya yang hangat. Berkat dari matahari tidak hanya dinikmati oleh saya sendiri, jutaan turis membanjiri Diablerets dengan melakukan aktivitas musim dingin. Dari yang bermain ski, snowboard, atau hanya berjalan-jalan santai dengan snowshoes.



 


 


 



Perjalanan dimulai dengan menyusuri perkampungan sampai ujung desa hingga memasuki kawasan hutan pinus.







Saat mulai memasuki daerah stasiun ski, tampak satu kereta gantung tua “teronggok” di depan rumah. Sekalipun berukuran lebih kecil namun kereta gantung tua itu terlihat lebih “nyaman” dibandingkan dengan kereta gantung baru yang ada saat ini, kereta gantung dengan kaki menggantung di udara.





Pinggiran hutan pinus mulai terlihat. Salah satu papan tanda yang terpaku di salah satu pohon bergambarkan seseorang sedang berjalan, menandakan bahwa saya sedang tidak tersesat.



 

Kini saatnya untuk rajin-rajin melihat pepohonan, mencari papan tanda segi empat miring berwarna kuning bergaris hitam, penunjuk arah untuk menghindari kemungkinan terjatuh ke dalam jurang.




Ketebalan salju masih bisa dilalui, namun sayangnya sinar matahari masih susah menembus pepayungan pohon-pohon pinus yang lumayan tebal menutup.



 

Menanjak sedikit lagi, salju mulai boros menebalkan diri dan melapisi pepohonan, memberikan kelegaan pada matahari memuaskan diri dengan memberikan kecerahan pada warna putih dimana-mana.





 

Akhirnya, setelah melakukan perjalanan selama hampir 3 jam, sepasang mata ini bisa menghamparkan diri menikmati barisan gunung putih jauh membentang 360 derajat.



 
Tumpukan salju yang asyik menggunung depan mata tampak berkilat-kilat bagaikan pasir permata. Butiran salju yang berbentuk seperti pasir berubah setelah dilihat dari dekat, seperti tanda ikon salju yang kita kenal.







 

Cakrawala biru dan hamparan salju putih mulai membuat saya semakin kecil. Berdiri di depan alam memberikan kesadaran pada keinginan setan-ni bahwa diri ini bukanlah siapa-siapa. Mengatakan dengan lantang bahwa alam bukanlah milik saya, namun saya adalah milik alam.



 

Menjadi bagian dari alam yang seharusnya mencintai dan menjaganya, karena dengan menghancurkan alam, maka sama saja dengan menghancurkan pemilik diri ini, menghancurkan diri sendiri. Jadi, wahai keinginan setan-ni ku, berdiamlah saja dikau di dalam gua dan bersikaplah seperti para setan di Diablerets, seperti setan kecil pemain seruling.



 

Saat matahari mulai bersembunyi di balik gunung, saatnya untuk turun gunung, kembali memasyarakatkan keinginan setan-ni yang sudah mulai mendingin dengan tenang. Dengan bermodalkan kereta luncur, maka meluncurlah diri ini menuju ke peradaban manusia. Kembali dengan hati lapang besar dan putih. Sebesar, selapang dan seputih salju. Yahoo...!



 


Cinta raksasa untuk Zev, Asmods, KoKi dan semua KoKiers...
 



 

Tidak ada komentar: