Senin, Maret 15, 2010

Bibit Unggul?

Juwita Setiono – Australia



Zev, Cy dan rekan KoKiers,
Pagi ini saya membaca berita yang cukup menarik berjudul: “Baby Sex Selection”, tentang usulan undang-undang yang mengijinkan pasangan untuk memilih jenis kelamin bayi.

Saya sempat termenung. Apakah perlu seorang calon ibu repot-repot memilih jenis kelamin ‘calon’ bayinya? Bagaimana jika si bapak ingin anak laki-laki dan si ibu ingin anak perempuan? Bagaimana kalau nanti sudah diputuskan memilih anak laki-laki dan ternyata anak tersebut besar menjadi anak yang bandel nggak ketulungan, apa tidak membuat orangtuanya menyesal dan berkata: “Harusnya dulu kita memilih memiliki anak perempuan!” Dan apa yang memastikan kalau pilihannya tepat dan menghasilkan “bibit unggul”?

Profesor Gab Kovacs adalah salah seorang perintis Program Bayi Tabung (IVF). Beliau adalah Direktur Medik klinik bayi tabung “Monash IVF”. 
Klinik bayi tabung ini ada di beberapa lokasi di Australia, antara lain di: Melbourne, Brisbane, Rockhampton, Townsville, Geelong dan Auschenflower. Klinik Monash IVF ini juga berafiliasi dengan organisasi internasional. Semuanya dipimpin oleh team dokter profesional.

Dokter ahli kandungan Patrick  Steptoe dan Roberts Edwards adalah pelopor program IVF ini. Pada tahun 1978, pasangan Lesley dan John Brown berhasil mendapatkan anak lewat program bayi tabung. Bayi tersebut diberi nama Louise Brown. Dia lah bayi tabung pertama.

  


Australia berhasil dengan program bayi tabung pertama pada tahun 1980. Candice Reed sekarang berusia 30 tahun. Baginya program bayi tabung adalah bagian dari hidupnya, karena tanpa program ini dia tidak akan pernah dilahirkan di dunia ini.

Keberhasilan program bayi tabung ini mengundang perdebatan sengit. Program ini pada mulanya dituduh sebagai program ‘produksi bayi’ yang melawan kodrat.

Selang tiga puluh tahun kemudian, kontroversi kembali mencuat. Team dokter ahli di Australia yang dipimpin oleh Profesor Gab Kovacs sedang gencar mengusulkan agar diberlakukan undang-undang yang memperbolehkan pasangan untuk memilih jenis kelamin bayi.

Berikut ini beberapa alasan yang diajukan:
  • Biayanya tidak sedikit, berkisar antara $10,000 - $15,000. Jadi hanya pasangan yang benar2 sudah bertekad bulat yang akan meneruskan prosedurnya.
  • Biaya ditanggung “pasien”, jadi tidak membebani Departemen Kesehatan/Pemerintah.
  • Kemungkinan besar bayi yang dilahirkan memang ingin dilahirkan sebagai anak laki2/perempuan.
  • Kalau ada pasangan yang bersedia membayar mahal untuk proses bayi tabung dan pemilihan jenis kelamin bayi dan tidak diijinkan, lalu mereka mendapatkan anak secara natural tetapi jenis kelamin “yang salah”, ada kemungkinan anak ini ditelantarkan.
Saat ini pemilihan jenis kelamin bayi diijinkan di Australia hanya dalam kasus-kasus tertentu, misalnya jika ada penyakit keturunan yang hanya bisa diturunkan ke bayi laki-laki atau perempuan saja. Tetapi undang-undang yang mengatur hal ini akan segera berakhir dan peraturan baru bisa diberlakukan.

National Health and Medical Research Council (NHMRC) sedang mempertimbangkan peraturan baru yang mengijinkan pasangan untuk memilih jenis kelamin bayi, apakah untuk alasan kultur atau untuk menyeimbangkan jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam satu keluarga.

Selesai membaca berita saya termenung lagi. Apakah perlu memilih jenis kelamin ‘calon’ bayi kalau bukan karena alasan medik? Apakah kasih sayang orangtua akan berkurang kalau anak yang dilahirkan ‘perempuan lagi’ atau ‘laki-laki lagi’?

Saya sendiri kakak beradik empat perempuan semua, kami rukun-rukun saja. Tetapi memang saya tidak pernah bertanya kepada Ibu saya apakah pernah punya keinginan punya anak satu lagi, siapa tau... laki-laki.

 


Apa pendapat rekan KoKiers mengenai hal ini?

Salam,  Juwita.

Tidak ada komentar: